Growth hacking adalah sebuah metode dan perspektif baru di Indonesia dan dunia pemasaran. Metode ini berfokus untuk mencapai pertumbuhan melebihi rata-rata dengan upaya dan perngorbanan yang sama dengan bahkan lebih sedikit daripada korporasi lain. Metode Growth Hacking marak digunakan perusahaan startup yang membutuhkan pertumbuhan dalam waktu singkat dengan anggaran yang ketat untuk memenuhi ekspektasi investor.
Istilah ini di cetuskan oleh Sean Ellis pada tahun 2010 dalam sebuah postingan blog. Kemudian Andrew Chen memperkenalkan istilah tersebut kepada audiens yang lebih luas dalam sebuah posting blog berjudul, “Growth Hacker is the new VP of Marketing”. Selanjutnya dalam sebuah buku berjudul “Growth Hacking”, Chad Riddersen dan Raymond Fong mendefinisikan pelaku metode ini yaitu para Growth Hacker sebagai peretas yang sangat pandai dan pemasar kreatif secara khusus berfokus pada pertumbuhan.
Metode Growth Hacking
Strategi growth hacking adalah salah satu bukti bahwa keterbatasan tidak akan menghalangi kreatifitas. Metode ini banyak di lakukan Start-up karena kekurangan dana untuk melakukan promosi. Para growth hacker melakukan kegiatan pemasaran dengan fokus pada inovasi, skalabilitas, dan konektivitas pengguna. Dalam metode ini desain produk dianggap sebagai salah satu faktor penting untuk keberhasilan perusahaan.
Oleh karena itu, para growth hacker akan terus menggali potensi dalam mengembangkan produk. Pengembangan produk berjalan beriringan dengan proses pemasaran itu sendiri. Dalam hal ini termasuk pada proses akuisisi pengguna, orientasi, monetisasi, retensi, dan viralitas, ke dalam produk itu sendiri. Tim peretasan pertumbuhan biasanya terdiri dari pemasar digital, pengembang website, pengembang aplikasi ponsel, programer, desainer, dan manajer produk.
Tim growth hacking akan fokus untuk menemukan cara alternatif yang lebih cerdas dan berbiaya rendah dari pemasaran tradisional. Misalnya, menggunakan media sosial, pemasaran viral atau iklan digital. Media sosial di pilih karena lebih murah daripada iklan melalui media tradisional seperti radio, surat kabar, dan televisi. Hal ini bukan berarti selalu harus murah tapi lebih kepada tingkat efektifitas biaya yang di butuhkan.
Secara garis besar para growth hacker akan merancang proses akuisisi pengguna melalui “Pirate Funnel” singkatnya, pengguna baru akan di arahkan untuk menyelasaikan beberapa tugas yang memiliki enam proses tahap hierarki yaitu;
- Awareness
- Acquisition
- Activation
- Retention
- Revenue
- Referral
Mengoptimalkan proses ini dengan cepat merupakan tujuan inti dari peretasan pertumbuhan, karena menjadikan setiap tahapan lebih efisien serta akan meningkatkan jumlah pengguna. Perusahaan besar seperti Twitter, Facebook, Dropbox, Pinterest, YouTube, Groupon, Udemy, Instagram, dan Google adalah perusahaan yang masih menggunakan dan teknik pola pikir seorang growth hacker untuk perkembangan layanan dan meningkatkan keuntungan.
Kesimpulan
Strategi growth hacking membuktikan bahwa keterbatasan tidak menghalangi kreatifitas. Para growth hacker, dengan tim yang terdiri dari berbagai ahli, menggunakan metode inovatif dan skalabel untuk menarik dan mempertahankan pengguna, dengan fokus utama pada desain produk yang optimal. Pengembangan produk dan pemasaran berjalan beriringan, mencakup akuisisi pengguna, orientasi, monetisasi, retensi, dan viralitas. Berusaha menemukan cara cerdas dan berbiaya rendah untuk mencapai pertumbuhan bisnis, dengan fokus pada inovasi, skalabilitas, dan konektivitas.
Growth Hacking: Metode Pemasaran Perusahaan Startup